IDEOLOGI PENDIDIKAN "PUBLIC EDUCATOR"

Nama              : Fadhilah Nurmahdiyah

NIM               : 18301244032

Kelas              : Pendidikan Matematika 2018

Mata Kuliah   : Filsafat Pendidikan Matematika


IDEOLOGI PENDIDIKAN

"PUBLIC EDUCATOR"


Diketahui dari buku Paul Ernest yang berjudul  “The Philosophy of Mathematics Education”, setidaknya terdapat lima ideologi pendidikan yaitu Industrial Trainer, Technological Pragmatism, Old Humanism, Progressive Educator, dan Public Educator. Dari kelima ideologi tersebut tentunya mempunyai ciri atau kekhususan tersendiri. Dilihat dari politiknya tentu dapat mengindentifikasi negara-negara mana saja yang menerapkan ideologi-ideologi tersebut. Industrial Trainer, politiknya adalah radical right, negara yang terampil menggunakan teknologi, Technological Pragmatism, politiknya adalah konservatif, negara-negara kerajaan, Old Humanism, politiknya adalah konservatif/liberal, ini juga di negara-negara kerajaan, Progressive Educator, politiknya adalah liberal, misalnya Amerika, dan Public Educator, politiknya adalah demokrasi, misalnya Indonesia.

Dari kelima ideologi tersebut, tulisan ini akan mengulas sedikit mengenai ideologi Public Educator yang dari penjelasan sebelumnya menggunakan politik demokrasi dan salah satu negara nya adalah Indonesia. Ditinjau dari filsafat matematika ideologi ini menggunakan konstruktivisme sosial. Pandangan yang melihat pengetahuan matematika yang terikat dengan nilai budaya dan sosial. Tujuan pendidikan nya adalah pemberdayaan individu melalui pendidikan yang individu tersebut memiliki peran besar dalam memenuhi potensi dirinya sendiri dan mengembangkannya. Secara keseluruhan, ideologi ini berorientasi sosial dengan epistemologi berdasarkan konstruksi sosial dan fallibilist, dan etikanya berdasarkan keadilan sosial.

Telah disebutkan sebelumnya, secara epistemologi dengan fallibilist, yang tujuannya adalah memberdayakan kelas pekerja untuk berpartisipasi dalam masyarakat industri modern. Selain itu dikembangkan pula pemikiran kritis mandiri, yang menuntut peserta didik untuk mempertanyakan apa yang didapat dan mempercayai yang dibenarkan secara rasional. Dua hasil tujuan ini adalah penerimaan pengetahuan tidaklah mutlak. Beberapa tokoh memberikan pandangannya masing-masing terhadap ideologi pendidik masyarakat ini. Gerakan awal oleh Victoria terkait dengan ilmu pendidikan untuk kehidupan sehari-hari dan pengalaman. Williams memberi pandangan bahwa ideologi ini berasal dari kelompok pekerja yang kemudian menggunakan unsur pengenalan subjek “siswa”. Dewey memberikan tiga pendapat tentang ini, 1) semua pengetahuan adalah tentatif dan bisa salah, 2) dalam pendidikan demokrasi, pentingnya pemikiran yang kritis, 3) kesenjangan antara kepentingan anak, pengalaman, dan kurikulum harus ada yang menghubungkan. Dengan demikian, Dewey adalah pendukung tujuan pendidik masyarakat dengan sangat komitmen terhadap nilai-nilai ideologi pendidik masyarakat.

Munculnya kelompok pendidik masyarakat khusunya di bidang pendidikan matematika relative baru, karena munculnya fallibilist akhir dan konstruktivis sosial filsafat matematika. Pendidik masyarakat mengakui bahwa matematika adalah konstruksi sosial budaya yang terikat. Pendidikan matematika diharapkan mengarah pada dua hal yaitu pribadi dan sosial dari peserta didik. Tujuan dari perspektif pendidik masyarakat adalah mengembangkan demokrasi kewarganegaraan melalui pemikiran kritis dalam matematika. Dalam hal ini melibatkan kepercayaan diri dan mengemukakan masalah dalam konteks sosial. Pengetahuan matematis sekolah harus mencerminkan sifat matematika sebagai konstruksi sosial, pengambil keputusan yang terhubung dengan kehidupan sosial. Teori belajar pada ideologi ini menggunakan makna dari konstruksi sosial oleh Vygotsky (1962) yang melihat bahwa dalam pembelajaran anak-anak perlu terlibat aktif dalam memecahkan masalah dalam kehidupan mereka sendiri.

Kemampuan matematika dipandang sebagai konstruksi sosial yang konteks sosial memiliki peran penting dalam pengembangan individu. Teori mengajar matematika, memiliki beberapa komponen, 1) interaksi antar siswa atau siswa dengan guru sangat dibutuhkan, 2) tugas kelompok dengan proyek dan pemecahan masalah dibutuhkan untuk kepercayaan diri dan keterlibatan masing-masing individu, 3) bahan yang relevan dan sesuai konteks sosial. Dalam hal teori sumber daya, memiliki tiga komponen, yaitu 1) penyediaan sumber daya praktis untuk memfasilitasi pengajaran, 2) penyediaan sumber informasi yang relevan dan terlibat secara sosial, 3) fasilitasi kontrol pengaturan diri siswa dan akses untuk sumber daya belajar. Kurikulum matematika harus mencerminkan beragam sejarah, budaya dan lokasi goegrafis.

 

 

 

 

 

 

Sumber :

 

1.      Buku Paul Ernest 1991 yang berjudul “The Philosophy of Mathematics Education”.

2.      Rangkuman Bab 9 dari buku terjemahan Phylosophy of Mathematics Education oleh Selvia Kumalasari yang berjudul “BAB 9 Ideologi Perubahan Sosial Pendidik Masyarakat”.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

LEBIH LANJUT MENGENAI BUDAYA DAN ETNOMATEMATIKA